Kalau lo udah sempet baca buku bapak Bambang Susantono (Wakil Mentri Perhubungan Kabinet Indonesia Bersatu jilid 2) yang judulnya Revolusi Transportasi lo pasti gak asing sama judul diatas. Yup, ini juga dibahas dibuku itu dalam bab konsistensi terhadap kebijakan perencanaan memang sangat menentukan, sebab awal dari KERUMITAN MASALAH TATA KOTA BIASANYA BERMULA DARI INKONSISTENSI RENCANA AWAL.
Gue tertarik banget sama yang dibahas di bagian ini, gue baru sadar ternyata gak cuma anak ABG aja yang labil, tapi para stake holder diatas sana tuh .... masih labil juga ! GAK KONSISTEN !!!
Yuk kita bahas ya... konsep dari accessibility itu sebenernya adalah sebuah perjalanan terjadi karena orang ingin mencapai tujuan tertentu. Jadi,,untuk mengurangi intensitas dan frekuensi perjalanan harus ada integrasi antar moda dan perkembangan pembangunan seperti pemukiman dan CBD (Central Bussines Distric). Contoh nya nih yang udah dilakukan kota Jakarta dengan cara membangun 14 koridor busway. Dengan busway warga kota Jakarta mendapatkan akses melalui angkutan massal yang sudah ideal. Apalagi busway pun sudah diintegrasikan dengan Kereta Api ( Komuter dan jalur lingkar). Nah... tujuan dengan adanya pembangunan koridor busway ini supaya masyarakat bisa beralih dari angkutan pribadi mereka yang membebani jalan ibu kota ke public transport.
Tapi.... tapi... tiba-tiba arah kebijakan ini jadi GAK JELAS !!! kenapa ? karena tiba-tiba aja akan ada rencana pembangunan 6 ruas jalan tol ke tengah kota yang sejak awal TIDAK ADA DALAM MASTERPLAN TRANSPORTASI JABODETABEK !
Bingung gak sih kalian? Pemerintah mencoba untuk mengurangi penggunaan kendaraan pribadi dengan cara perbaikan kualitas angkutan umum sebagai daya tarik. Tapi seolah-olah mereka juga memberikan akses kepada mobil pribadi untuk masuk ke tengah kota. Hayo lhoo? Pie?
Sebenernya ya guys, untuk menanggulangi kemacetan ini gak akan terpecahkan hanya dengan pembangunan jalan baru. More downtown road-more traffic, setuju nggak? Nih contohnya, kalo kita tetep aja membangun jalan untuk solusi kemacetan, menurut lo apa reaksi lo sebagai pengendara? Yang biasanya kita cari waktu diluar jam sibuk biar gak kena macet, kita mengubah waktunya karena ada penambahan jalan. Yang biasanya kita naik public transport balik lagi ke kendaraan pribadi, karena apa? Karena semuanya pengen mencoba rute baru itu.
Jadi intinya konsep aksesbilitas memang harus diprioritaskan, lewat pengaturan kembali tata ruang dan penyediaan public transport. Bukan dengan konsep mobilitas kendaraan yang mengutaman kelancaran arus kendaraan bemotor dengan menambah prasarana (re : pembangunan jalan baru). Setuju gak guys? Hehe
AHNA
Walau tidak tinggal di Jakarta, tapi pernah merasakan kemacetannya yang amit2.
ReplyDeleteDari bandara ke hotel yang jaraknya mungkin kurang dari 10km, bisa sampai 2jam.
Menurut saya sih sebenarnya terganggunya accessibility itu ada hubungannya dengan pergantian pemimpin kota tersebut. New Ruler, New Rules.
Yang harus ditambah itu bukan jalan atau transportasi umum melainkan pajak kendaraan mobil. Seperti singapura, avanza aja 1M lebih, pajaknya lebih gila lagi. Pemerintah kaya, jalan juga santai, haha
ya selalu saja ganti pejabat ganti kebijakan padal buat membangun sistem transportasi itu gak cuma butuh waktu yang singkat, kalo gak ada ada kesinambungan untuk terus melanjutkan progam yang memang sudah dijalankan ya bakal kacau hasilnya,
ReplyDeletesetuju kalo gak nambah jalanya, tapi kalau angkutan umumnya ya harus ditambah dong. nanti kalau kita udah naikin pajak kendaraan, otomatis pada beralih ke public transport berarti harus ada perbaikan kualitas dan penambahan armada di public transport itu sendiri, ya nggak?
Kalau dilihat sih sebenarnya angkutan umum udah lebih dari cukup, hanya kurang terawat. Kalaupun harus ditambah, itu ga banyak dan dapat dikerjakan dalam waktu singkat.
ReplyDeleteah kalau menurut gue masih kurang, angkutan umum dari sabang sampe merauke bisa dikatakan mati kalo kata dosen gue.
ReplyDeletecoba deh ke kota-kota non ibu kota, angkutan aja gak ada trayeknya.
maksudnya pemambahan itu peremajaan angkutan yang ada dengan penataan rute trayek yang baru. daerah kan semakin hari semakin berkembang, banyak pembangunan yang berarti juga adanya pergeseran CBD (kantor, sekolah, mall) sedang banyak angkutan di indonesia yang jalur trayeknya masih gitu2 aja, gak ada evaluasi kinerja jaringan trayek per 5 tahun ( waktu idealnya).
selain itu harus ada integrasi intermoda maupun antarmoda angkutan masal. angkutan ini harus mudah didapat, kalo terjadi transit atau pergantian angkutan harus juga dijembatani.